Siapa Bilang N.U letoy terhadap Musuh Islam ? Ini buktinya
Resolusi Jihad membuat NU yang “moderat dan kompromistis” menjadi revolusioner.
OLEH: HENDRI F. ISNAENI Sumber : Website Majalah Sejarah "Historia"
Pengantar : Akhir-akhir ini muncul banyak sekali masalah yg menimpa Umat Islam : pelecehan Nabi Muhammad, Pembakaran Qur'an, Pengusung Liberalisme, Pluralisme dan sekularisme yang mengaku-ngaku Warga N.U sejak dulu lalu mempengaruhi Warga NU lainnya untuk jadi seorang yg memusuhi organisasi - organisasi Islam lainnya yang memperjuangkan Agama ini. Orang -orang liberal itu ( Ulil Abshar Abdala dkk ) mencoba membuat kesan bahwa NU berseberangan dengan organisasi Islam lainnya, seolah-olah NU satu2nya yg "letoy" kini saatnya membaca dari sejarah apakah Kita sebagai warga NU juga harus bertindak "Keras" terhadap orang kafir yg ingin merongrong Islam :
DALAM
pertempuran sengit di Surabaya pada 10 November 1945 –kemudian
diperingati sebagai Hari Pahlawan– banyak pejuang tersulut semangatnya
oleh seruan Bung Tomo melalui corong radio. Bung Tomo tentu sadar betul
bagaimana menggelorakan semangat juang, termasuk umat Islam. Tak heran
jika dia tak melupakan seruan takbir.
“Dan kita yakin saudara-sudara, pada
akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab, Allah
selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara, Tuhan
akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar...! Allahu Akbar...! Allahu
Akbar...! Merdeka!”
Bung Tomo mungkin tak pernah menjadi
santri, “Tetapi diketahui meminta nasihat kepada Kiai Hasyim Asy’ari,”
tulis Martin van Bruinessen dalam NU: Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru.
Namun, bagi warga nahdliyin,
ada seruan lain yang lebih hebat dan membangkitkan semangat juang
mereka, yakni Resolusi Jihad –monumennya diresmikan pada 23 Oktober 2011 di Surabaya untuk mengenang peran ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan.
“Deklarasi ini,” tulis van Bruinessen,
“yang kemudian terkenal sebagai Resolusi Jihad, tidak mendapat perhatian
yang selayaknya dari para sejarawan. Resolusi itu menunjukkan bahwa NU
mampu menampilkan diri sebagai kekuatan radikal yang tak
disangka-sangka.”
NU tergerak menyatakan Resolusi Jihad
setelah melihat sejumlah daerah jatuh ke tangan Inggris. Akhir September
1945, atas nama Netherlands Indies Civil Administration (NICA), Inggris
menduduki Jakarta. Pertengahan Oktober, pasukan Jepang merebut kembali
beberapa kota di Jawa dan menyerahkannya kepada Inggris. Beberapa hari
sebelum Resolusi Jihad, Bandung dan Semarang diduduki Inggris setelah
melalui pertempuran hebat. Demikian juga Surabaya; kedatangan pasukan
Inggris pada 25 Oktober disambut dengan gelisah. Sementara itu
pemerintah Republik Indonesia yang baru saja memproklamasikan
kemerdekaannya, masih menahan diri untuk melakukan perlawanan dan
mengharapkan adanya penyelesaian secara diplomatik.
“Resolusi Jihad merupakan pengakuan
terhadap legitimasi pemerintah Republik Indonesia sekaligus kritik tidak
langsung terhadap sikap pasifnya,” tulis Van Bruinessen. Agaknya, NU
menginginkan seruan jihad langsung diperintahkan oleh pemerintah
Republik Indonesia. Namun, karena pasif, NU melalui Resolusi Jihad-nya
“memohon dengan sangat kepada pemerintah Republik Indonesia supaya
menentukan sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan... supaya
memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat ‘Sabilillah’ untuk
tegaknya negara Republik Indonesia merdeka dan agama Islam.”
“Resolusi jihad itu,” tulis Zuhairi Misrawi dalam Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, “memberi rangsangan motivasi yang amat kuat kepada para pemuda Islam untuk berjihad membela negara.”
Jadi seudah jelas kalau Musuh - musuh Islam, Penghina Nabi Muhammad, Pengusung Aliran Liberal yang hendak mencabut Akar kesucian ASWAJA N.U siap dilawan oleh Para Kyai beserta Umat Secara Total. Warga N.U dari dulu dikenal teguh memegang islam dan siap melawan siapa saja yg hendak merusak kehormatan dan menjelek-jelekkan Islam, Namun N.U juga siap membangun Dengan Organisasi lainnya yang benar-benar memperjuangkan Islam